PUNK SEJATI
Punk di dalam komunitas bahkan di masyarakat ini bukanlah aliran khusus dari musik Punk itu sendiri. Punk adalah komunitas penikmat musik Punk yang juga mengadaptasi fashionnya. Para Punk (punkers) memiliki cara berfikir yang kritis, anti kemapanan, berpenampilan seadanya.
Itulah sebenarnya kelompok anak Punk. Namun belakangan banyak gelombolan beratribut Punk yang berkeliaran dijalanan dan mengaku dirinya Punker. Hmm.. bingung kan? Coba baca dulu yang dibawah ini.
Para Punker memiliki kebanggaan dan ciri khas penampilan. Mereka tetap bertahan walau orang-orang sekitar selalu berpandangan negatif. Itu adalah suatu bentuk perlawanan terhadap pikiran-pikiran yang sudah dimapankan yang menganggap negatif karena melihat penampilan orang lain berbeda, menyimpang dan diluar kelaziman.
Namun yang terpenting adalah nilai-nilai punk dalam prakteknya yang berkembang dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana mereka bisa survive, menjalin kebersamaan, saling peduli satu sama lain dan tetap mengunggulkan rasa dan kebebasan.
Kehidupan dijalanan penuh dengan tantangan. Apalagi untuk anak-anak Punk yang kebanyakan masih berusia sekolah. Dimana anak-anak lain pulang sekolah, bermain dan mengikuti berbagai kursus, para punker hidup dijalanan mencari uang untuk membantu orang tua. Terkadang dikejar dan digaruk trantib, digertak dan diperas oleh preman-preman, tetapi dalam posisi bertahan hidup di jalan, mereka mandiri, gembira dan punya rasa humor. Itulah yang sebenarnya dibutuhkan dalam kehidupan sosial, namun kebanyakan orang tidak peduli dan justru men-judge ‘saya benar dan mereka salah’,
Disisi lain, kondisi para Punk Street memang memprihatinkan. Jalanan hanya dijadikan tempat nongkrong dan mabuk-mabukan. Mereka mencari uang dengan mengamen, tapi hasil jerih payahnya digunakan untuk membeli obat-obatan (drugs) dan minuman beralkohol. Mereka masih berusia belasan tahun, tiba-tiba memutuskan berhenti sekolah dan lari dari rumah. Mereka menenggak minuman dan menelan puluhan tablet dextro (tablet obat batuk yang disalahgunakan untuk mabuk). Banyak dari mereka adalah perempuan berusia dini dan menjadi korban pelecehan seksual.
Bagi mereka, Punk hanya sebatas tempat pelarian dari tekanan hidup dan tanggung jawab. Di kepala mereka, dengan berpenampilan diri seperti Punker mereka bisa bebas dari segala bentuk tekanan hidup, bebas semau-gue, bebas menenggak minuman dan menelan puluhan tablet dextro, bebas mengekspresikan diri sebebas-bebasnya walau masyarakat disekitarnya terganggu.
So, the conclusion is…sebenernya Punk yang seperti ini bukanlah the real Punk! Mereka ini hanyalah posser, hanya menirukan penampilan Punker serta berperilaku hippies (menentang budaya dan pemikiran masyarakat umum). Tidak semua anak-anak berpenampilan Punk yang berkeliaran di jalanan adalah benar-benar Punk. Punker yang menjadi pelaku kriminal dan menyia-nyiakan hidup bukanlah Punk SEJATI. Punk yang sesungguhnya akan melihat kehidupan sebagai proyeksi, tergantung masing-masing individu untuk melakukan perubahan. Perubahan itu dimulai dari yang tidak ada, doing more with less, menjadi sesuatu yang berharga dan berarti. Tidak perlu berpenampilan ala Punk, Punk sejati adalah dari hati dan perbuatan yang nyata. Karena Punker adalah mereka yang bebas, tapi kebebasan yang punya tanggung jawab, memiliki cita rasa sosial yang tinggi dan penghargaan terhadap personal.
Disini aku nggak bermaksud meng-klaim kalo anak punk yang kita lihat di jalan-jalan itu bukanlah anak punk yang sebenarnya. Cuma ngasih pandangan buat kalian yang masih awam, bahwa para punker bukan hanya penampilan urakan, tapi punya cara pikir kritis dan berbobot. Dan buat kalian yang mengaku punker, mungkin kalian bisa mengukur diri kalian sendiri. Kalo cuma berkeliaran di jalan dengan atribut punk, merusuh, minum, ngedrugs, berarti kalian emang sekedar posser. Tapi kalo kalian punya disagreement tentang ideology masyarakat, dan bisa menyuarakan isi pikiran kalian dengan karya, you are the real punk! PUNKERS YANG SEJATI!!
Namun yang terpenting adalah nilai-nilai punk dalam prakteknya yang berkembang dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana mereka bisa survive, menjalin kebersamaan, saling peduli satu sama lain dan tetap mengunggulkan rasa dan kebebasan.
Kehidupan dijalanan penuh dengan tantangan. Apalagi untuk anak-anak Punk yang kebanyakan masih berusia sekolah. Dimana anak-anak lain pulang sekolah, bermain dan mengikuti berbagai kursus, para punker hidup dijalanan mencari uang untuk membantu orang tua. Terkadang dikejar dan digaruk trantib, digertak dan diperas oleh preman-preman, tetapi dalam posisi bertahan hidup di jalan, mereka mandiri, gembira dan punya rasa humor. Itulah yang sebenarnya dibutuhkan dalam kehidupan sosial, namun kebanyakan orang tidak peduli dan justru men-judge ‘saya benar dan mereka salah’,
Disisi lain, kondisi para Punk Street memang memprihatinkan. Jalanan hanya dijadikan tempat nongkrong dan mabuk-mabukan. Mereka mencari uang dengan mengamen, tapi hasil jerih payahnya digunakan untuk membeli obat-obatan (drugs) dan minuman beralkohol. Mereka masih berusia belasan tahun, tiba-tiba memutuskan berhenti sekolah dan lari dari rumah. Mereka menenggak minuman dan menelan puluhan tablet dextro (tablet obat batuk yang disalahgunakan untuk mabuk). Banyak dari mereka adalah perempuan berusia dini dan menjadi korban pelecehan seksual.
Bagi mereka, Punk hanya sebatas tempat pelarian dari tekanan hidup dan tanggung jawab. Di kepala mereka, dengan berpenampilan diri seperti Punker mereka bisa bebas dari segala bentuk tekanan hidup, bebas semau-gue, bebas menenggak minuman dan menelan puluhan tablet dextro, bebas mengekspresikan diri sebebas-bebasnya walau masyarakat disekitarnya terganggu.
So, the conclusion is…sebenernya Punk yang seperti ini bukanlah the real Punk! Mereka ini hanyalah posser, hanya menirukan penampilan Punker serta berperilaku hippies (menentang budaya dan pemikiran masyarakat umum). Tidak semua anak-anak berpenampilan Punk yang berkeliaran di jalanan adalah benar-benar Punk. Punker yang menjadi pelaku kriminal dan menyia-nyiakan hidup bukanlah Punk SEJATI. Punk yang sesungguhnya akan melihat kehidupan sebagai proyeksi, tergantung masing-masing individu untuk melakukan perubahan. Perubahan itu dimulai dari yang tidak ada, doing more with less, menjadi sesuatu yang berharga dan berarti. Tidak perlu berpenampilan ala Punk, Punk sejati adalah dari hati dan perbuatan yang nyata. Karena Punker adalah mereka yang bebas, tapi kebebasan yang punya tanggung jawab, memiliki cita rasa sosial yang tinggi dan penghargaan terhadap personal.
Disini aku nggak bermaksud meng-klaim kalo anak punk yang kita lihat di jalan-jalan itu bukanlah anak punk yang sebenarnya. Cuma ngasih pandangan buat kalian yang masih awam, bahwa para punker bukan hanya penampilan urakan, tapi punya cara pikir kritis dan berbobot. Dan buat kalian yang mengaku punker, mungkin kalian bisa mengukur diri kalian sendiri. Kalo cuma berkeliaran di jalan dengan atribut punk, merusuh, minum, ngedrugs, berarti kalian emang sekedar posser. Tapi kalo kalian punya disagreement tentang ideology masyarakat, dan bisa menyuarakan isi pikiran kalian dengan karya, you are the real punk! PUNKERS YANG SEJATI!!
Posting Komentar